Kamis, 07 Agustus 2014
In:
FanFiction
FF-EXO Shooting part 1
Judul: Shooting
Genre: Drama, action.
Author: Lisfiatin
Cast: Jongin
Jin Ji hee
Krystal
Etc.
Genre: Drama, action.
Author: Lisfiatin
Cast: Jongin
Jin Ji hee
Krystal
Etc.
"Kringkring..." suara telepon mengagetkan lamunan jongin, jongin segera berlari untuk mengangkatnya, namun kakinya tersandung dan memecahkan gelas hingga pecahan gelas membuat kakinya terluka.
Tanpa menghiraukan lukanya, jongin mengangkat gagang telepon yang sedari tadi berdering "yeobosoyo" jongin menahan rasa sakit dikakinya.
"Anyeong jongin-ah, appa akan segera pulang" ucap orang itu.
"Jinjja appa? naega akan menunggu" ucap nya gembira. "Dor" suara tembakan terdengar dari balik telepon kegembiraan kini berubah menjadi ketakutan.
"Appa!! Appa!! Kau baik baik saja kan. Appa..." teriak jongin kecil "nut nut nut" tanda tak ada jawaban. Jongin terduduk lesu dilantai, air
"Jongin-ah, gwenchanayo??" ji hee melihat kesekeliling kamar ayahnya yang berantakan.
"Jongin-ah??" teriak ji hee memeluk jongin.
Jongin hanya merangkul ji hee. "Gwenchanayo??" tanyanya polos. "Aniyo, nangwenchana" ucap jongin memeluk adiknya. "Kau kenapa?? Kenapa kau menangis" tanya ji hee kecil. "Anio, aku tidak apa-apa" jawab jongin berbohong. "Aku akan menceritakan ini, jika kau sudah berumur 15 tahun" batin jongin mengelus-elus rambut adiknya.
*10 tahun kemudian.
"Kini umurku sudah 17 tahun, namun luka yang dulu belum juga hilang. Aku tak bisa melepaskan kepergian ayah ku begitu saja, aku akan membalasnya bahkan bisa lebih dari itu" tekadnya yang tak bisa diubah lagi sejak kejadian itu. Kini jongin sudah siap dengan tas gendong dipunggungnya , salju turun dengan indahnya karena kedinginan jongin dan adik nya segera berjalan melewati perbatasan antara korut dan korsel. Namun karena kurang hati-hati mereka tertangkap oleh tentara korut yang sedang berpatroli. "Lepaskan" teriak jongin memberontak, namun dia tidak bisa melepaskan dirinya dari ke dua tentara itu. tentara itu segera membawa mereka ke ruang tahanan. Tak lama kemudian seorang letnan datang, ia mengeluarkan dan menodongkan pistol nya kearah jongin dan adik nya, adik jongin sangat ketakutan dia hanya menunduk dibelakang jongin.
"Jongin-ah aku takut" tutur nya gemetaran.
"Aku akan melindungimu" jongin memeluk adiknya.
"Haha, kau tak takut rupanya" ucap letnan itu memasukkan kembali pistolnya. Letnan itu pun memanggil salah satu tentaranya untuk mengeluarkan jongin dari ruang tahanan dan membawanya keruangan sang letnan. Letnan yang bernama wu yi fan menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu tentang identitas jongin,
"berani beraninya kau melewati perbatasan!!!" wu yi fan membentak dan menampar jongin.
"Aku ingin mencari ayahku" ucap jongin. Adik nya hanya menangis melihat jongin disakiti, letnan pun menghampiri adik jongin dan itu membuatnya semakin ketakutan.
"Jangan sentuh adik ku" jongin menarik ji hee kepelukan nya.
"Kau aman bersama ku" bisik jongin membuat ketakutan ji hee sedikit hilang.
"Ini letnan" anak buahnya menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Ohh, rupanya kau anak joon myun" ucap yi fan membuka kembali lembaran-lembaran kertas yang dipegang nya.
Jongin hanya menunduk.
"Kau tak boleh ke Hang-uk, kembalilah kerumahmu jaga adikmu baik-baik" ucap yi fan
"aku ingin tetap mencari ayahku" jongin bersikeras dengan keinginan nya.
"Ayah mu sudah meninggal" bentak yifan. "Mwo?? Jongin-ah appa sudah meninggal??" tanya ji hee menatap jongin. "Ayahku belum meninggal" teriak jongin. "bawa mereka pergi, Dan antarkan kerumahnya" ucap letnan menyuruh anak buahnya.
"Aku ingin membalas dendamku pada orang yang telah membunuh ayahku" ucap jongin mengeluarkan semua yang ada di hatinya sejak dulu.
"Bawa mereka pergi, cepat!!" bentak yi fan. "Aku sudah berjanji tidak akan melibatkan mu dalam urusan ayahmu" batin yi fan.
*flashback.
"Jendral..." teriak yi fan
"Ne" ucap joon myun berbalik.
"Apa kau akan tetap dengan keputusanmu?? Apa kau tidak ingin merubahnya?? Biarkan aku yang mengganti tugas ini" ucap yi fan .
"Ne, kau masih muda. kau tidak pantas menyia nyiakan hidup mu. jangan pernah mengikuti jejak ku. Aku akan melaksanakan tugas ini dengan baik, dan jika kelak aku mati. Tolong jaga anak-anak ku, jangan biarkan salah satu dari mereka masuk kedalam pekerjaan kotor ini. Hanya mereka yang aku miliki tolong jaga mereka baik-baik" ucap joon myun memegangi pundak yi fan.
"Siap jendral, sampai kau kembali nanti aku akan menjaga anak-anak mu. Tolong jaga dirimu baik-baik, jangan sampai kau terluka karena anak-anak mu masih membutuhkanmu disampingnya" ucap yifan dengan tegas. "Dan aku berjanji tak akan membiarkan anak mu tau bahkan masuk kedunia yang keras ini" tambahnya lagi.
"Aku percayakan ini padamu, kau adalah salah satu orang yang ku percaya" ucap joon myun pergi melangkahkan kakinya menuju tempat yang gelap.
*Flashback end.
"Cepat masuk" bentak tentara itu.
Didalam mobil jin ji hee terus saja menangis."jongin-ah marhaebwa!!!" ucap ji hee dalam tangisnya. "Jongin-ah!!!" teriak ji hee seraya menarik kerah baju jongin.
"Mwo??" tanya jongin, kini air mata telah berlinang dimatanya. "Jongin-ah kau menangis??" tanya ji hee mengusap air mata jongin yang menetes. "Ulji maseyo, mianhae jongin-ah mianhae" ucap ji hee memeluk jongin. Mobil itu pun berhenti disebuah gang yang kecil, tentara itu pun mengantarkan jongin dan ji hee sampai kerumahnya. "Kamsahamnida" ucap ji hee membungkukkan sedikit badan nya, jongin terus saja berlalu menuju kamarnya. "Appa, bagaimanapun caranya aku akan membalaskan apa yang kau rasakan. Aku akan tetap pergi ke hang-uk" gumam jongin. "Cklek, jongin-ah aku ingin menanyakan sesuatu" ucap ji hee membuka pintu kamar. "Mwo??" tanya jongin. Ji hee pun duduk disampingnya dan menyenderkan kepalanya di pundak jongin, "jongin-ah??" tanya ji hee. "ne" jawab jongin. "Hmmm, kenapa kau menyembunyikan kematian appa dariku??" tanya ji hee membaringkan badan nya dan kepalanya berada diatas paha jongin, jongin tersenyum dan mengelus-elus rambut adik kesayangan nya. "Bukan nya aku menyembunyikan berita kematian appa darimu, waktu itu kau masih terlalu kecil jadi jika ku beritahu kau tak akan berhenti menangis" ujar jongin. "Memangnya appa meninggal kenapa??" tanya ji hee. "Aku tidak tahu pasti kenapa dia meninggal, tapi waktu itu terdengar suara tembakan dari balik telepon dan dari situ sudah tidak ada kabar lagi tentang appa" cerita jongin. Jongin melihat mata ji hee yang sudah mulai mengantuk, jongin mengelus-elus rambut adiknya dan memindahkan ke tempat tidur miliknya. Jongin mengambil secarik kertas dan mengotorinya dengan tinta hitam yang terletak di meja. "Maafkan aku ji hee, aku terpaksa melakukan ini" batin jongin. Dia segera mengambil tas gendong nya dan menempelkan kertas itu di pintu. "Cklek" pintu kamar dibukanya dengan perlahan. Jongin segera pergi menuju halte yang akan mengantarkan nya ke desa panmukon, dengan hati-hati jongin melewati perbatasan antara kedua negara tersebut. "Dor" suara tembakan terdengar jelas ditelinga ji hee. "Appa!!!" teriaknya terbangun dari mimpi, ji hee melirik ke arah jam yang menempel didinding kamar jongin. terlihat jarum jam yang menunjuk ke angka 07.00, ji hee segera bangkit dari tempat tidur. "Jongin-ah jongin-ah" panggil ji hee. Ji hee mencari jongin ke setiap sudut rumahnya, ketika kembali kadalam kamar jongin, ji hee menemukan secarik kertas yang menempel di depan pintu. Ji hee segera mencopotnya dan membacanya "ji hee, maafkan aku. Diluar sana berbahaya untuk mu maafkan aku telah meninggalkanmu. Aku tau kau pasti akan sangat marah padaku, tapi nanti aku akan kembali untuk menjemput mu dan tinggal bersamaku di hang-uk. Secepat mungkin aku akan kembali, tolong jaga dirimu baik-baik aku sudah menitip kanmu kepada ahjussi. Tunggu aku, aku akan kembali untuk mu. Jongin" isi surat itu membuat ji hee tersenyum "jongin-ah aku akan menunggumu disini, sampai kau kembali nanti" ucap ji hee memeluk surat dari kakak nya itu.
"Ini kah kota seoul?? Ji hee aku akan kembali dan mengajakmu tinggal disini bersamaku" ujar jongin. Jongin berjalan melewati toko-toko yang baru saja akan dibuka, segerombolan siswa hendak pergi menuju sekolah nya. Tiba-tiba. "Bruk" jongin segera berbalik arah untuk mencari sumber suara itu, "tin tin..." suara klakson mobil itu. Jongin segera membangunkan seorang yeoja yang tengah terduduk diaspal jalan. "Hey kau cari mati!!!" bentak supir itu dan pergi melaju.
"Gwaenchanayo??" tanya jongin khawatir. "Nangwaenchana" jawab yeoja itu seraya membersihkan seragam sekolah nya. "Gomawo ne, kau telah membantuku. apa kau tidak pergi kesekolah??" tanya yeoja itu. "Aniyo, aku tidak bersekolah" jawab jongin. "Mwo?? Wae?? Oh ya krystal imnida" ucap krystal seraya menyodorkan tangan nya. "Anio, jongin" ucap jongin menjabat tangan krystal. "Kau mau kemana??" tanya krystal. " aku tidak tau mau kemana, aku tak mempunyai tujuan" jawab jongin. "Mwo?? Memangnya kau dari mana??" tanya krystal berjalan meniti anak tangga. "Aku dari utara" jawab jongin singkat. "Ohh, utara. Apa kau mempunyai saudara disini??" tanya nya lagi. "Aku tidak punya" jawab jongin. "Ayahmu??" tanya krystal. "Ayahku sudah meninggal" ucap jongin. "aku pergi dulu permisi" ucap jongin meninggalkan krystal sendirian. "Hey, jongin-ah tunggu" teriak krystal namun jongin tetap saja melangkahkan kakinya dengan cepat sehingga membuat krystal kehilangan jejaknya. "Padahal aku ingin mengembalikan ini" ucap krystal menggenggam syal milik jongin. Jongin berjalan melewati lorong, beberapa orang namja menghampirinya dan hendak merebut tas yang digendongnya. "Mereka tidak terlalu banyak, aku bisa mengatasinya" gumam jongin. Jongin terlibat perkelahian dengan namja namja itu, beberapa pukulan mengenai perut dan wajah jongin sehingga membuat mulutnya mengeluarkan darah. Dengan kesal jongin membalasnya dengan membabi buta sehingga membuat namja namja itu terluka sama sepertinya bahkan lebih parah dari dirinya. "Itu tidak seberapa, aku akan membalas orang yang membunuh ayahku lebih dari itu" batin jongin. Jongin terus melangkahkan kakinya dengan salah satu tangan nya memegangi perutnya yang sakit. "Mwo?? Kemana syal yang diberikan ji hee untuk ku??" tanya jongin yang baru menyadarinya. Tiba-tiba "Dor.." peluru panas mengenai lengan jongin. Dengan susah payah jongin mengeluarkan pistol dari saku celana nya, dia bersenderan di balik tembok dan memasukkan peluru ke dalam pistol nya. Terjadilah baku tembak antara jongin dan orang-orang yang tak dikenalnya, beberapa peluru mengenai bagian tubuh orang orang itu sehingga tinggal beberapa orang lagi disana. Karena mendengar suara tembakan seorang ibu keluar dari rumahnya untuk mengecek keluar, namun orang itu menodongkan pistolnya ke hadapan ibu itu. Dan "dor .." darah muncrat kewajahnya.
"Kini umurku sudah 17 tahun, namun luka yang dulu belum juga hilang. Aku tak bisa melepaskan kepergian ayah ku begitu saja, aku akan membalasnya bahkan bisa lebih dari itu" tekadnya yang tak bisa diubah lagi sejak kejadian itu. Kini jongin sudah siap dengan tas gendong dipunggungnya , salju turun dengan indahnya karena kedinginan jongin dan adik nya segera berjalan melewati perbatasan antara korut dan korsel. Namun karena kurang hati-hati mereka tertangkap oleh tentara korut yang sedang berpatroli. "Lepaskan" teriak jongin memberontak, namun dia tidak bisa melepaskan dirinya dari ke dua tentara itu. tentara itu segera membawa mereka ke ruang tahanan. Tak lama kemudian seorang letnan datang, ia mengeluarkan dan menodongkan pistol nya kearah jongin dan adik nya, adik jongin sangat ketakutan dia hanya menunduk dibelakang jongin.
"Jongin-ah aku takut" tutur nya gemetaran.
"Aku akan melindungimu" jongin memeluk adiknya.
"Haha, kau tak takut rupanya" ucap letnan itu memasukkan kembali pistolnya. Letnan itu pun memanggil salah satu tentaranya untuk mengeluarkan jongin dari ruang tahanan dan membawanya keruangan sang letnan. Letnan yang bernama wu yi fan menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu tentang identitas jongin,
"berani beraninya kau melewati perbatasan!!!" wu yi fan membentak dan menampar jongin.
"Aku ingin mencari ayahku" ucap jongin. Adik nya hanya menangis melihat jongin disakiti, letnan pun menghampiri adik jongin dan itu membuatnya semakin ketakutan.
"Jangan sentuh adik ku" jongin menarik ji hee kepelukan nya.
"Kau aman bersama ku" bisik jongin membuat ketakutan ji hee sedikit hilang.
"Ini letnan" anak buahnya menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Ohh, rupanya kau anak joon myun" ucap yi fan membuka kembali lembaran-lembaran kertas yang dipegang nya.
Jongin hanya menunduk.
"Kau tak boleh ke Hang-uk, kembalilah kerumahmu jaga adikmu baik-baik" ucap yi fan
"aku ingin tetap mencari ayahku" jongin bersikeras dengan keinginan nya.
"Ayah mu sudah meninggal" bentak yifan. "Mwo?? Jongin-ah appa sudah meninggal??" tanya ji hee menatap jongin. "Ayahku belum meninggal" teriak jongin. "bawa mereka pergi, Dan antarkan kerumahnya" ucap letnan menyuruh anak buahnya.
"Aku ingin membalas dendamku pada orang yang telah membunuh ayahku" ucap jongin mengeluarkan semua yang ada di hatinya sejak dulu.
"Bawa mereka pergi, cepat!!" bentak yi fan. "Aku sudah berjanji tidak akan melibatkan mu dalam urusan ayahmu" batin yi fan.
*flashback.
"Jendral..." teriak yi fan
"Ne" ucap joon myun berbalik.
"Apa kau akan tetap dengan keputusanmu?? Apa kau tidak ingin merubahnya?? Biarkan aku yang mengganti tugas ini" ucap yi fan .
"Ne, kau masih muda. kau tidak pantas menyia nyiakan hidup mu. jangan pernah mengikuti jejak ku. Aku akan melaksanakan tugas ini dengan baik, dan jika kelak aku mati. Tolong jaga anak-anak ku, jangan biarkan salah satu dari mereka masuk kedalam pekerjaan kotor ini. Hanya mereka yang aku miliki tolong jaga mereka baik-baik" ucap joon myun memegangi pundak yi fan.
"Siap jendral, sampai kau kembali nanti aku akan menjaga anak-anak mu. Tolong jaga dirimu baik-baik, jangan sampai kau terluka karena anak-anak mu masih membutuhkanmu disampingnya" ucap yifan dengan tegas. "Dan aku berjanji tak akan membiarkan anak mu tau bahkan masuk kedunia yang keras ini" tambahnya lagi.
"Aku percayakan ini padamu, kau adalah salah satu orang yang ku percaya" ucap joon myun pergi melangkahkan kakinya menuju tempat yang gelap.
*Flashback end.
"Cepat masuk" bentak tentara itu.
Didalam mobil jin ji hee terus saja menangis."jongin-ah marhaebwa!!!" ucap ji hee dalam tangisnya. "Jongin-ah!!!" teriak ji hee seraya menarik kerah baju jongin.
"Mwo??" tanya jongin, kini air mata telah berlinang dimatanya. "Jongin-ah kau menangis??" tanya ji hee mengusap air mata jongin yang menetes. "Ulji maseyo, mianhae jongin-ah mianhae" ucap ji hee memeluk jongin. Mobil itu pun berhenti disebuah gang yang kecil, tentara itu pun mengantarkan jongin dan ji hee sampai kerumahnya. "Kamsahamnida" ucap ji hee membungkukkan sedikit badan nya, jongin terus saja berlalu menuju kamarnya. "Appa, bagaimanapun caranya aku akan membalaskan apa yang kau rasakan. Aku akan tetap pergi ke hang-uk" gumam jongin. "Cklek, jongin-ah aku ingin menanyakan sesuatu" ucap ji hee membuka pintu kamar. "Mwo??" tanya jongin. Ji hee pun duduk disampingnya dan menyenderkan kepalanya di pundak jongin, "jongin-ah??" tanya ji hee. "ne" jawab jongin. "Hmmm, kenapa kau menyembunyikan kematian appa dariku??" tanya ji hee membaringkan badan nya dan kepalanya berada diatas paha jongin, jongin tersenyum dan mengelus-elus rambut adik kesayangan nya. "Bukan nya aku menyembunyikan berita kematian appa darimu, waktu itu kau masih terlalu kecil jadi jika ku beritahu kau tak akan berhenti menangis" ujar jongin. "Memangnya appa meninggal kenapa??" tanya ji hee. "Aku tidak tahu pasti kenapa dia meninggal, tapi waktu itu terdengar suara tembakan dari balik telepon dan dari situ sudah tidak ada kabar lagi tentang appa" cerita jongin. Jongin melihat mata ji hee yang sudah mulai mengantuk, jongin mengelus-elus rambut adiknya dan memindahkan ke tempat tidur miliknya. Jongin mengambil secarik kertas dan mengotorinya dengan tinta hitam yang terletak di meja. "Maafkan aku ji hee, aku terpaksa melakukan ini" batin jongin. Dia segera mengambil tas gendong nya dan menempelkan kertas itu di pintu. "Cklek" pintu kamar dibukanya dengan perlahan. Jongin segera pergi menuju halte yang akan mengantarkan nya ke desa panmukon, dengan hati-hati jongin melewati perbatasan antara kedua negara tersebut. "Dor" suara tembakan terdengar jelas ditelinga ji hee. "Appa!!!" teriaknya terbangun dari mimpi, ji hee melirik ke arah jam yang menempel didinding kamar jongin. terlihat jarum jam yang menunjuk ke angka 07.00, ji hee segera bangkit dari tempat tidur. "Jongin-ah jongin-ah" panggil ji hee. Ji hee mencari jongin ke setiap sudut rumahnya, ketika kembali kadalam kamar jongin, ji hee menemukan secarik kertas yang menempel di depan pintu. Ji hee segera mencopotnya dan membacanya "ji hee, maafkan aku. Diluar sana berbahaya untuk mu maafkan aku telah meninggalkanmu. Aku tau kau pasti akan sangat marah padaku, tapi nanti aku akan kembali untuk menjemput mu dan tinggal bersamaku di hang-uk. Secepat mungkin aku akan kembali, tolong jaga dirimu baik-baik aku sudah menitip kanmu kepada ahjussi. Tunggu aku, aku akan kembali untuk mu. Jongin" isi surat itu membuat ji hee tersenyum "jongin-ah aku akan menunggumu disini, sampai kau kembali nanti" ucap ji hee memeluk surat dari kakak nya itu.
"Ini kah kota seoul?? Ji hee aku akan kembali dan mengajakmu tinggal disini bersamaku" ujar jongin. Jongin berjalan melewati toko-toko yang baru saja akan dibuka, segerombolan siswa hendak pergi menuju sekolah nya. Tiba-tiba. "Bruk" jongin segera berbalik arah untuk mencari sumber suara itu, "tin tin..." suara klakson mobil itu. Jongin segera membangunkan seorang yeoja yang tengah terduduk diaspal jalan. "Hey kau cari mati!!!" bentak supir itu dan pergi melaju.
"Gwaenchanayo??" tanya jongin khawatir. "Nangwaenchana" jawab yeoja itu seraya membersihkan seragam sekolah nya. "Gomawo ne, kau telah membantuku. apa kau tidak pergi kesekolah??" tanya yeoja itu. "Aniyo, aku tidak bersekolah" jawab jongin. "Mwo?? Wae?? Oh ya krystal imnida" ucap krystal seraya menyodorkan tangan nya. "Anio, jongin" ucap jongin menjabat tangan krystal. "Kau mau kemana??" tanya krystal. " aku tidak tau mau kemana, aku tak mempunyai tujuan" jawab jongin. "Mwo?? Memangnya kau dari mana??" tanya krystal berjalan meniti anak tangga. "Aku dari utara" jawab jongin singkat. "Ohh, utara. Apa kau mempunyai saudara disini??" tanya nya lagi. "Aku tidak punya" jawab jongin. "Ayahmu??" tanya krystal. "Ayahku sudah meninggal" ucap jongin. "aku pergi dulu permisi" ucap jongin meninggalkan krystal sendirian. "Hey, jongin-ah tunggu" teriak krystal namun jongin tetap saja melangkahkan kakinya dengan cepat sehingga membuat krystal kehilangan jejaknya. "Padahal aku ingin mengembalikan ini" ucap krystal menggenggam syal milik jongin. Jongin berjalan melewati lorong, beberapa orang namja menghampirinya dan hendak merebut tas yang digendongnya. "Mereka tidak terlalu banyak, aku bisa mengatasinya" gumam jongin. Jongin terlibat perkelahian dengan namja namja itu, beberapa pukulan mengenai perut dan wajah jongin sehingga membuat mulutnya mengeluarkan darah. Dengan kesal jongin membalasnya dengan membabi buta sehingga membuat namja namja itu terluka sama sepertinya bahkan lebih parah dari dirinya. "Itu tidak seberapa, aku akan membalas orang yang membunuh ayahku lebih dari itu" batin jongin. Jongin terus melangkahkan kakinya dengan salah satu tangan nya memegangi perutnya yang sakit. "Mwo?? Kemana syal yang diberikan ji hee untuk ku??" tanya jongin yang baru menyadarinya. Tiba-tiba "Dor.." peluru panas mengenai lengan jongin. Dengan susah payah jongin mengeluarkan pistol dari saku celana nya, dia bersenderan di balik tembok dan memasukkan peluru ke dalam pistol nya. Terjadilah baku tembak antara jongin dan orang-orang yang tak dikenalnya, beberapa peluru mengenai bagian tubuh orang orang itu sehingga tinggal beberapa orang lagi disana. Karena mendengar suara tembakan seorang ibu keluar dari rumahnya untuk mengecek keluar, namun orang itu menodongkan pistolnya ke hadapan ibu itu. Dan "dor .." darah muncrat kewajahnya.