Jumat, 15 Agustus 2014
In:
FanFiction
FF- EXO Shooting Part 2
"Dor.." darah muncrat kewajahnya. Ibu itu kaget karena tangan nya
ditarik oleh jongin ke balik tembok itu, akhirnya orang yang ingin
mencelakai nya terkena peluru panas tepat di jantungnya. Setelah
kejadian baku tembak itu, jongin terduduk lemas darah bercucuran dari
tangan nya. Ibu yang masih syok membangungkan jongin, "ayo ikut
bersamaku, tangan mu terluka aku akan mengobati lukamu" ucap ibu itu dan
membawa jongin kedalam rumahnya. "Kau ini siapa?? Mengapa terjadi baku
tembak di dekat rumahku??" tanya ibu itu. "Aku jongin, aku tak tau
tiba-tiba saja mereka menyerangku" ujar jongin kesakitan. "Aku belum
pernah melihatmu di daerah sini, kau dari mana??" tanya ibu itu membalut
luka jongin dengan perban. "Aku dari utara" ucap jongin. Terdengar
suara perut jongin dan membuat nenek itu tersenyum "kau lapar?? Ayo ikut
bersamaku" ajak ibu itu. "Makan yang banyak kau pasti sangat lapar".
"Ne, kamsahamnida" ucap jongin memasukkan makanan kedalam mulut nya.
"Kau ada keperluan apa ke sini??" tanya ibu yang bernama min suk itu.
"Aku ingin mencari ayahku" ucap jongin mengambil dompet dan
memperlihatkan photo keluarganya. "Apa ini ayahmu??" tanya min suk
menunjuk joon myun. "Ne, dan ini adik ku" ucap jongin menunjuk ji hee.
"Kau mau mencari ayahmu??, kebetulan sekali kita bertemu disini dia
menitipkan ini padaku" ucap min suk dan memberikan barang milik ayahnya
jongin. "Hmm, apa ini?? Apa appaku pernah kesini??" tanya jongin.
"Ne" jawab min suk singkat.
*Flashback 10 tahun lalu.
Seorang namja yang bernama joon myun berjalan dari pelabuhan dengan memegangi perutnya, dia berjalan layaknya seperti orang mabuk. Seorang yeoja yang baru turun dari taksi berjalan menghampiri joon myun yang berada didekat tangga rumahnya, awalnya dia takut namun karena dia melihat joon myun pingsan di depan tangga menuju rumahnya. Karena kasian yeoja yang bernama min suk itu menghampirinya walaupun rasa takut hinggap ditubuhnya, ketika tepat didekat joon myun min suk kaget karena melihat banyak darah yang mengotori pakaian yang dipakaian joon myun. Saat menelpon rumah sakit joon myun sadar dan dia memegangi tangan min suk. "Tolong.. Jang..ngan..panggil ambulan.." ucap joon myun kesakitan. "Ta..ta..tapi kau terluka" ucap min suk gugup. "Ku mohon..." ucap joon myun seraya mencoba berdiri. "Ahh" erang nya kesakitan. "sini biar ku bantu" ucap min suk merangkul joon myun meniti anak tangga menuju rumahnya. "Tunggu disini aku akan mengambil peralatan untuk mengobati lukamu, berbaringlah." ucap min suk "ambilkan saja air hangat dan pembalut luka" ucap joon myun seraya menekan perut agar darah yg dikeluarkan tidak terlalu banyak. Setelah beberapa menit akhirnya luka joon myun dapat di obati. "Kamsahamnida" ucap joon myun hendak pergi dari rumah itu. "Istirahat saja dulu, kau masih belum pulih" saran min suk. "Ah, kamsahamnida. Kau baik sekali aku tidak akan melupakan jasamu" ucap joon myun. Min suk hanya membalasnya dengan senyuman dan pergi kekamarnya untuk mengambil bantal dan selimut untuk joon myun. "Pakailah ini untuk alasmu tidur" ucap min suk memberikan bantal dan selimut yang dipegangnya. Joon myun segera meraihnya. "Aku permisi" ucap min suk dan berlalu menuju kamarnya.
Pagi pagi sekali joon myun sudah bangun. Dia menulis sesuatu disecarik kertas dan menyimpan nya di meja bersama 2 syal yang sama. Min suk baru keluar dari kamarnya pukul 07.00 pagi, dia melihat ke arah dimana joon myun tertidur malam tadi. Namun pagi ini dia tidak menemukan joon myun dia hanya menemukan secarik kertas, dan syal, min suk pun mengambil dan membacanya. "Kamsahamnida, kau telah membantu dan menyelamatkan nyawaku. Maaf kan aku karena tidak bisa mengucapkan terima kasih langsung kepadamu, karena aku sedang terburu-buru. Jika suatu saat kau bertemu dengan anakku di hang-uk tolong berikan ini untuk mereka, karena aku tak yakin hidupku akan lama. Mungkin jika kau tau sebelumnya bahwa aku adalah seorang teroris kau tak akan membantuku. Tapi tolong jangan katakan ini pada anak-anak ku, aku tidak mau mereka tau bahwa ayahnya memiliki pekerjaan yang kotor seperti itu. Dan ku mohon jangan benci mereka karena yang seharusnya kau benci aku bukan anak-anakku". Min suk hanya cengo setelah membaca surat itu.
*Flashback End.
"Bahkan sampai setua ini aku masih mengingat nya. Dan setelah itu aku melihat berita di televisi bahwa seorang teroris telah tertangkap dengan keadaan sudah tewas dan aku hanya melihat bahwa inisial nya adalah JM. Aku tidak tau siapa dia tapi kukira itu ayahmu" cerita min suk. "Karena itu aku kesini aku ingin mencari orang yang telah membunuh ayahku" ucap jongin. "Kemana adikmu??" tanya min suk seraya menghela nafas. "Dia di utara, aku tidak mau membawanya. Karena ku takut itu akan membahayakan nya" ucap jongin seraya memegangi syal itu. "Lebih berbahaya jika kau meninggalkannya sendiri" ucap min suk. "Ahh ne, nanti aku akan menjemputnya" ucap jongin. "Yasudah, ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat saja dulu, kau belum ada tujuan kan??" tanya min suk. "Ne, kamsahamnida" ucap jongin dengan sopan. "Kau memang seperti ayahmu" ucap min suk seraya pergi mengambil bantal dan selimut. "Pakailah ini" ucap min suk menyodorkan bantal dan selimut.
"Ji hee..." teriak jongin terbangun dari mimpinya. Min suk pun keluar dari kamarnya. "Ada apa??" tanya min suk heran. "Aku tidak apa-apa, hanya mimpi buruk" ucap jongin memegangi dadanya. "Minumlah ini (menyodorkan segelas air putih) dan kembalilah tidur" ucap min suk. "Ne, kamsahamnida" ucap jongin meneguk air digelas itu. Min suk pun kembali kekamarnya, "aku harus menjemput ji hee" ucap jongin seraya memasukkan barang barang nya kedalam tas. "Cklek" pintu rumah dibukanya dengan perlahan agar tidak mengganggu min suk. "Kau mau kemana??" tanya mim suk mengagetkan jongin. "A..a..aku ma..mau pergi" ucap jongin membalikkan tubuhnya. "Pergi kemana ini masih malam??" tanya min suk. "Aku harus menjemput adikku, aku tidak tenang dia sendirian di utara" ucap jongin. "Yasudah, tapi hati-hati di perbatasan karena itu berbahaya" pesan min suk. "Ne kamsahamnida" ucap jongin menutup pintu dan melangkahkan kakinya menuju perbatasan.
"Hey siapa disana??" tanya seorang tentara yang sedang berpatroli. "Hey berhenti!!" seru tentara yang satunya lagi. Jongin terus saja melangkah, "jika kau tidak berhenti, kami akan menembakmu!!" teriak tentara itu. "Dor dor" suara tembakan terdengar lantang.
"Ne" jawab min suk singkat.
*Flashback 10 tahun lalu.
Seorang namja yang bernama joon myun berjalan dari pelabuhan dengan memegangi perutnya, dia berjalan layaknya seperti orang mabuk. Seorang yeoja yang baru turun dari taksi berjalan menghampiri joon myun yang berada didekat tangga rumahnya, awalnya dia takut namun karena dia melihat joon myun pingsan di depan tangga menuju rumahnya. Karena kasian yeoja yang bernama min suk itu menghampirinya walaupun rasa takut hinggap ditubuhnya, ketika tepat didekat joon myun min suk kaget karena melihat banyak darah yang mengotori pakaian yang dipakaian joon myun. Saat menelpon rumah sakit joon myun sadar dan dia memegangi tangan min suk. "Tolong.. Jang..ngan..panggil ambulan.." ucap joon myun kesakitan. "Ta..ta..tapi kau terluka" ucap min suk gugup. "Ku mohon..." ucap joon myun seraya mencoba berdiri. "Ahh" erang nya kesakitan. "sini biar ku bantu" ucap min suk merangkul joon myun meniti anak tangga menuju rumahnya. "Tunggu disini aku akan mengambil peralatan untuk mengobati lukamu, berbaringlah." ucap min suk "ambilkan saja air hangat dan pembalut luka" ucap joon myun seraya menekan perut agar darah yg dikeluarkan tidak terlalu banyak. Setelah beberapa menit akhirnya luka joon myun dapat di obati. "Kamsahamnida" ucap joon myun hendak pergi dari rumah itu. "Istirahat saja dulu, kau masih belum pulih" saran min suk. "Ah, kamsahamnida. Kau baik sekali aku tidak akan melupakan jasamu" ucap joon myun. Min suk hanya membalasnya dengan senyuman dan pergi kekamarnya untuk mengambil bantal dan selimut untuk joon myun. "Pakailah ini untuk alasmu tidur" ucap min suk memberikan bantal dan selimut yang dipegangnya. Joon myun segera meraihnya. "Aku permisi" ucap min suk dan berlalu menuju kamarnya.
Pagi pagi sekali joon myun sudah bangun. Dia menulis sesuatu disecarik kertas dan menyimpan nya di meja bersama 2 syal yang sama. Min suk baru keluar dari kamarnya pukul 07.00 pagi, dia melihat ke arah dimana joon myun tertidur malam tadi. Namun pagi ini dia tidak menemukan joon myun dia hanya menemukan secarik kertas, dan syal, min suk pun mengambil dan membacanya. "Kamsahamnida, kau telah membantu dan menyelamatkan nyawaku. Maaf kan aku karena tidak bisa mengucapkan terima kasih langsung kepadamu, karena aku sedang terburu-buru. Jika suatu saat kau bertemu dengan anakku di hang-uk tolong berikan ini untuk mereka, karena aku tak yakin hidupku akan lama. Mungkin jika kau tau sebelumnya bahwa aku adalah seorang teroris kau tak akan membantuku. Tapi tolong jangan katakan ini pada anak-anak ku, aku tidak mau mereka tau bahwa ayahnya memiliki pekerjaan yang kotor seperti itu. Dan ku mohon jangan benci mereka karena yang seharusnya kau benci aku bukan anak-anakku". Min suk hanya cengo setelah membaca surat itu.
*Flashback End.
"Bahkan sampai setua ini aku masih mengingat nya. Dan setelah itu aku melihat berita di televisi bahwa seorang teroris telah tertangkap dengan keadaan sudah tewas dan aku hanya melihat bahwa inisial nya adalah JM. Aku tidak tau siapa dia tapi kukira itu ayahmu" cerita min suk. "Karena itu aku kesini aku ingin mencari orang yang telah membunuh ayahku" ucap jongin. "Kemana adikmu??" tanya min suk seraya menghela nafas. "Dia di utara, aku tidak mau membawanya. Karena ku takut itu akan membahayakan nya" ucap jongin seraya memegangi syal itu. "Lebih berbahaya jika kau meninggalkannya sendiri" ucap min suk. "Ahh ne, nanti aku akan menjemputnya" ucap jongin. "Yasudah, ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat saja dulu, kau belum ada tujuan kan??" tanya min suk. "Ne, kamsahamnida" ucap jongin dengan sopan. "Kau memang seperti ayahmu" ucap min suk seraya pergi mengambil bantal dan selimut. "Pakailah ini" ucap min suk menyodorkan bantal dan selimut.
"Ji hee..." teriak jongin terbangun dari mimpinya. Min suk pun keluar dari kamarnya. "Ada apa??" tanya min suk heran. "Aku tidak apa-apa, hanya mimpi buruk" ucap jongin memegangi dadanya. "Minumlah ini (menyodorkan segelas air putih) dan kembalilah tidur" ucap min suk. "Ne, kamsahamnida" ucap jongin meneguk air digelas itu. Min suk pun kembali kekamarnya, "aku harus menjemput ji hee" ucap jongin seraya memasukkan barang barang nya kedalam tas. "Cklek" pintu rumah dibukanya dengan perlahan agar tidak mengganggu min suk. "Kau mau kemana??" tanya mim suk mengagetkan jongin. "A..a..aku ma..mau pergi" ucap jongin membalikkan tubuhnya. "Pergi kemana ini masih malam??" tanya min suk. "Aku harus menjemput adikku, aku tidak tenang dia sendirian di utara" ucap jongin. "Yasudah, tapi hati-hati di perbatasan karena itu berbahaya" pesan min suk. "Ne kamsahamnida" ucap jongin menutup pintu dan melangkahkan kakinya menuju perbatasan.
"Hey siapa disana??" tanya seorang tentara yang sedang berpatroli. "Hey berhenti!!" seru tentara yang satunya lagi. Jongin terus saja melangkah, "jika kau tidak berhenti, kami akan menembakmu!!" teriak tentara itu. "Dor dor" suara tembakan terdengar lantang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar